Rabu, 13 November 2013

Curah Hujan Akhir Musim Di Jakarta

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) meminta masyarakat Jakarta untuk mewaspadai curah hujan di akhir musim transisi pada Oktober-Desember, serta kemungkinan intensitas curah hujan yang sangat tinggi pada bulan Januari - Februari 2014.

"Terkait intensitas hujan, sesuai prediksi BMKG bulan Oktober-Desember merupakan akhir dari musim transisi, dan puncak musim penghujan yang berkelanjutan serta tidak mengenal waktu dan intensitas diwaspadai terjadi pada Januari-Februari," ujar Kasubid Informasi BMKG, Harry Tirto kepada Antara, Rabu, ketika ditanya mengenai prediksi musim penghujan di Jakarta.

Harry Tirto mengatakan musim transisi dari kemarau menuju musim penghujan intensitasnya masih sangat rendah dilihat dari curah hujan hanya terjadi di pagi atau malam hari . Sedangkan pada musim penghujan Januari-Februari hujan akan turun dengan intensitas yang berkelanjutan dan tidak mengenal waktu.

Hujan yang disertai petir dan angin di musim transisi ini meski intensitasnya masih terbilang rendah, namun dikhawatirkan akan mengakibatkan pohon tumbang serta genangan air yang akan membahayakan keselamatan, oleh karena itu BMKG mengimbau masyarakat untuk meningkatkan kewaspadaan diri akan kemungkinan tersebut.

BMKG tidak dapat memastikan apakah banjir akan melanda Jakarta pada bulan Januari-Februari, namun BMKG mengatakan banjir dapat terjadi jika air hujan mengalir dari hulu hingga ke hilir sehingga volume air meningkat drastis.

Indonesia memiliki dua musim yaitu musim penghujan yang terjadi pada rentang waktu Oktober hingga April, dan musim kemarau terjadi pada rentang waktu April hingga Oktober. Puncak musim penghujan diperkirakan akan terjadi pada Januari-Februari.

Seperti dikatakan BMKG bulan Oktober-Desember yang merupakan musim transisi antara kemarau menuju penghujan biasanya terjadi hujan yang disertai petir dan angin akibat penguapan yang lebih cepat sehingga menimbulkan awan lokal, yang disebut dengan cumulonimbus. Awan inilah yang menyebabkan hujan di masa transisi disertai angin dan petir.

Rabu, 02 Oktober 2013

Arkeolog Menemukan kota kuno

Arkeolog menemukan kota kuno yang disebut Idu tersembunyi dalam dasar gundukan di daerah Kurdistan, Irak bagian utara. "Kota itu berkembang antara 3.300 dan 2.900 tahun lalu," kata Cinzia Pappi, arkeolog Universität Leipzig di Jerman, seperti dilansir LiveScience.

Sisa-sisa kota kuno itu ada di tepi Sungai Zab dan kini menjadi bagian dari gundukan yang dibuat untuk tempat tinggal manusia yang disebut tell.

Di atas tell dengan tinggi sekitar 10 meter itu menghampar desa modern yang di sebut Satu Qala.

Sisa-sisa paling awal dari kota kuno itu berasal dari masa Neolitikum, ketika pertanian pertama muncul di Timur Tengah.

Pada awal periode perkembangannya, kota itu berada di bawah kendali Kekaisaran Assyria.

Para peneliti bisa menemukan nama kuno kota itu tahun 2008, saat seorang warga desa membawakan prasasti dengan ukiran nama kuno kota tersebut.

Benda-benda seni dan tulisan pada prasasti-prasasti tentang kota kuno itu juga mengungkap keberadaan sebuah istana.

Saat Idu menjadi kota merdeka, salah satu penguasanya, Ba'ilanu, pergi sangat jauh untuk mengabarkan bahwa istana ini jauh lebih bagus dari istana buatan para pendahulunya.

"Istana yang dia bangun dia buat jauh lebih megah dari yang dibangun ayahnya," kata dia dalam prasasti itu.

Di antara temuan benda seni di kota kuno itu ada sphinx dengan kepala laki-laki dan tubuh singa bersayap.

Pada bagian atas dan bawah sphinx, ada tulisan "Istana Ba'auri, raja tanah Idu, putra Edima, juga raja tanah Idu."

Tim arkelog melakukan penggalian di situs kota kuno Idu tahun 2010 dan 2011 dan melaporkan temuannya dalam edisi terkini jurnal jurnal Anatolica.